Buat Pemain Bola, Ramadan Kali Ini Tepat Waktu
Saat masih melatih Inter Milan, Jose Mourinho pernah memaki salah seorang pemainnya, Sulley Muntari, yang ngotot berpuasa, sehingga performanya melorot. Ia juga menyalahkan Ramadan yang membuat stamina pemain kedodoran.
"Dalam cuaca panas seperti ini, dia seharusnya tidak berpuasa,” kata Mourinho ketika itu. “Ramadan tak datang di waktu yang tepat, terutama bagi para pemain yang tetap harus bermain.”
Bagi Mou, pilihannya hanya dua: tetap berpuasa kemudian tampil buruk atau segera berbuka karena pemain dibayar untuk bermain. Ramadan sama sekali bukan alasan. Gelandang asal Ghana itu pun ditarik pada menit ke-30.
Ucapan Mourinho itu membuat pemimpin Organisasi Islam Italia (UCOII), Mohamed Nour Dachan, jengkel. "Sebaiknya Mourinho jangan banyak bicara,” katanya. Tapi Mou memang selalu banyak bicara. Itu sebabnya dia kerap dijuluki Si Mulut Besar.
Ucapannya soal "Ramadan tak datang di waktu yang tepat" juga mewakili persoalan sejumlah pemain sepak bola muslim di Eropa. Sebab, Ramadan memang kerap datang di pertengahan kompetisi, ketika kinerja para pemain justru sedang digenjot agar sebuah klub tak ketinggalan poin dari klub lawan. Dan kasus Muntari bukanlah yang pertama kali.
Tiga pemain muslim di Divisi II Jerman--Coulibaly, Pa Saikou Kujabi, dan Oualid Mokhtari--pernah disemprot gara-gara berkukuh berpuasa di tengah kompetisi pada 2009. Klub mereka, FSV Frankfurt, sampai harus memberi peringatan formal bagi ketiganya.
FSV Frankfurt juga membawa persoalan ini ke Federasi Sepak Bola Jerman (DFB), yang kemudian menggandeng Pusat Dewan Muslim Jerman untuk duduk bersama. Pada 2010, keluarlah fatwa: pemain dihalalkan tak berpuasa pada hari pertandingan selama kompetisi.
"Pemain sepak bola muslim profesional dapat menjalankan ibadah puasa saat jeda pertandingan dan mereka dapat melanjutkan ibadah puasa Ramadan pada hari yang lain," kata Aiman Mazyek, Sekretaris Jenderal Pusat Dewan Muslim Jerman. "Menjaga kesehatan adalah salah satu unsur penting dalam Islam."
Fatwa ini merujuk pendapat Universitas Al-Azhar di Kairo dan Majelis Eropa untuk Fatwa dan Penelitian, dua organisasi penting untuk peraturan Islam. Keputusan ini sekaligus menjadi jalan tengah bagi klub dan pemain muslim.
Mourinho kini melatih Real Madrid. Di klub ini, dia punya lima pemain muslim: Mesut Oezil, Sami Khedira, Nuri Sahin, Lassana Diarra, dan Karim Benzema. Tapi, selama di Madrid, Mou tak pernah lagi menuding Ramadan sebagai biang keladi melorotnya performa pemain.
"Seorang muslim seharusnya memang berpuasa selama 30 hari," kata Khedira. "Tapi saya seorang atlet yang selalu dituntut untuk kompetitif. Saya membutuhkan tenaga saya, dan itu tidak mungkin saya dapatkan tanpa makanan."
Musim lalu, Khedira dan pemain muslim lainnya di Madrid memang memilih tak berpuasa. Mourinho pun senang. Fatwa Dewan Muslim Jerman menjawab dilema mereka. Dachan pun sebenarnya tak perlu berang karena semuanya ternyata bisa dikompromikan.
Apalagi, dibanding tahun-tahun sebelumnya, Ramadan kali ini datang sebelum kompetisi dimulai. Liga Primer Inggris dan La Liga Spanyol, misalnya, baru mulai bergulir pada 18 Agustus mendatang. Seminggu kemudian, baru Seri A Liga Italia dimulai. Kali ini, Mou, Ramadan datang pada waktu yang tepat. Saat masih melatih Inter Milan, Jose Mourinho pernah memaki salah seorang pemainnya, Sulley Muntari, yang ngotot berpuasa, sehingga performanya melorot. Ia juga menyalahkan Ramadan yang membuat stamina pemain kedodoran.
"Dalam cuaca panas seperti ini, dia seharusnya tidak berpuasa,” kata Mourinho ketika itu. “Ramadan tak datang di waktu yang tepat, terutama bagi para pemain yang tetap harus bermain.”
Bagi Mou, pilihannya hanya dua: tetap berpuasa kemudian tampil buruk atau segera berbuka karena pemain dibayar untuk bermain. Ramadan sama sekali bukan alasan. Gelandang asal Ghana itu pun ditarik pada menit ke-30.
Ucapan Mourinho itu membuat pemimpin Organisasi Islam Italia (UCOII), Mohamed Nour Dachan, jengkel. "Sebaiknya Mourinho jangan banyak bicara,” katanya. Tapi Mou memang selalu banyak bicara. Itu sebabnya dia kerap dijuluki Si Mulut Besar.
Ucapannya soal "Ramadan tak datang di waktu yang tepat" juga mewakili persoalan sejumlah pemain sepak bola muslim di Eropa. Sebab, Ramadan memang kerap datang di pertengahan kompetisi, ketika kinerja para pemain justru sedang digenjot agar sebuah klub tak ketinggalan poin dari klub lawan. Dan kasus Muntari bukanlah yang pertama kali.
Tiga pemain muslim di Divisi II Jerman--Coulibaly, Pa Saikou Kujabi, dan Oualid Mokhtari--pernah disemprot gara-gara berkukuh berpuasa di tengah kompetisi pada 2009. Klub mereka, FSV Frankfurt, sampai harus memberi peringatan formal bagi ketiganya.
FSV Frankfurt juga membawa persoalan ini ke Federasi Sepak Bola Jerman (DFB), yang kemudian menggandeng Pusat Dewan Muslim Jerman untuk duduk bersama. Pada 2010, keluarlah fatwa: pemain dihalalkan tak berpuasa pada hari pertandingan selama kompetisi.
"Pemain sepak bola muslim profesional dapat menjalankan ibadah puasa saat jeda pertandingan dan mereka dapat melanjutkan ibadah puasa Ramadan pada hari yang lain," kata Aiman Mazyek, Sekretaris Jenderal Pusat Dewan Muslim Jerman. "Menjaga kesehatan adalah salah satu unsur penting dalam Islam."
Fatwa ini merujuk pendapat Universitas Al-Azhar di Kairo dan Majelis Eropa untuk Fatwa dan Penelitian, dua organisasi penting untuk peraturan Islam. Keputusan ini sekaligus menjadi jalan tengah bagi klub dan pemain muslim.
Mourinho kini melatih Real Madrid. Di klub ini, dia punya lima pemain muslim: Mesut Oezil, Sami Khedira, Nuri Sahin, Lassana Diarra, dan Karim Benzema. Tapi, selama di Madrid, Mou tak pernah lagi menuding Ramadan sebagai biang keladi melorotnya performa pemain.
"Seorang muslim seharusnya memang berpuasa selama 30 hari," kata Khedira. "Tapi saya seorang atlet yang selalu dituntut untuk kompetitif. Saya membutuhkan tenaga saya, dan itu tidak mungkin saya dapatkan tanpa makanan."
Musim lalu, Khedira dan pemain muslim lainnya di Madrid memang memilih tak berpuasa. Mourinho pun senang. Fatwa Dewan Muslim Jerman menjawab dilema mereka. Dachan pun sebenarnya tak perlu berang karena semuanya ternyata bisa dikompromikan.
Apalagi, dibanding tahun-tahun sebelumnya, Ramadan kali ini datang sebelum kompetisi dimulai. Liga Primer Inggris dan La Liga Spanyol, misalnya, baru mulai bergulir pada 18 Agustus mendatang. Seminggu kemudian, baru Seri A Liga Italia dimulai. Kali ini, Mou, Ramadan datang pada waktu yang tepat. Sumber
Tidak ada komentar: