Bukti Sejarah Berdirinya Tasikmalaya
Tertera di prasasti Geger Hanjuang yang ditemukan di kaki Gunung
Galunggung yang menguatkan hari jadi (berdirinya) Tasikmalaya pada 21
Agustus 1111 Masehi. Jadi, tepatnya 21 Agustus 2013, Tasikmalaya telah
berusiah sekitar 902 tahun. Wajar kalau sejarawan mengatakan Tasikmalaya
cukup andil dalam menentukan berdirinya ripublik Indonesia.
Pemerintahan Tasikmalaya terbentuk sejak abad VII hingga abad ke XII.
Bermula pada waktu itu masih bersifat Kabataraan, yang pusat
pemerintahannya di Galunggung.Sekitar tahun 1641, lahir kepemerintahan
yang diperintah seorang bupati, dengan pusat pemerintahan di Kabupaten
Sukapura. Sekarang dikenal dengan Kecamatan Sukaraja. Bupati saat itu,
Ki Ngabehi Wirawangsa yang lebih pupuler dengan nama Wiradana 1 (satu).
Ternyata pada usianya ke- 902 tahun, Tasikmalaya sudah dipimpin
oleh 16 bupati sejak tahun 1944 sampai sekarang ( 21 Agustus 2013) .
Bupati yang sudah memimpin Tasikmalaya, yakni pertama (1). R. T.A.
Sunarya 1944-1947, (2). RT. Wiradiputra 1947-1948, (3). R. Abas Wiraga
Somanteri 1948-1951, (4). R. Priatna Kusuma 1951-1957, (5). Ipung
Gandapraja 1957-1958, (6). R Memed Supatadireja 1958-1966, (7). Husen
Wangsaatmadja 1966-1974,
Ke-8 Drs. Kartiwa Surya Saputra 1974-1976, (9). A. Bunyamin
1976-1981, (10). H. Hudly Bambang Aruman 1981-1986, (11), H. Adang
Roosman SH 1986-1991, (12). Adang Roosman SH 1991-1996, (13). Suljanah
Wira Hadisubrata 1996-192001, (14). Drs. Tatang FH M.Pd 2001-2006, (15).
Drs. H. Tatang FH, M.Pd 2006-20011, sedangkan ke- 16. H. U.Ruzhanul
Ulum, SE 2011-2016.
Menurut tokoh masyarakat Tasikmalaya H Djadja W dalam sejarah
keberadaan Ma¬s¬jid Agung Manonjaya tidak dapat dilepaskan dari
sejarah perjalanan panjang berdirinya kepemerintahan Kabu¬paten
Ta¬sikmalaya saat ini. Masjid Agung Manonjaya dibangun sekitar tahun
1832 pada saat Bupati Sukapura dijabat Wiradadaha VIII. Pembangunan
masjid itu, bersamaan dengan pemindahan ibu kota kabupaten, dari
Pasirpanjang (Sukaraja) ke Manonjaya (saat itu masih bernama
Hailakurjawinangun).
Dalam sejarah, Pemerintahan Manonjaya selama kurang lebih 70 tahun
menjadi pusat pemerintahan ibu kota Kabupaten Sukapura. Pada masa itulah
mas¬jid agung tersebut didirikan. Pada tahun 1832 ibu kota Kab¬upaten
Sukapura dari Sukaraja dipindahkan ke Desa Har¬djawi¬nangun
(Manonjaya-red) oleh Bupati R. Demang Anggadipa II, kata Djadja.
Setelah menjadi ibu kota, Kota Harjawinangun berkembang pe¬sat dan menjadi pusat perdagangan karena letaknya cukup strategis, hingga pada tahun 1837 Bupati Rd. Tumeng¬gung Danuningrat memperbesar masjid. Masjid Manonjaya yang mempunyai luas 637 m2 dengan 29 tiang penyangga dengan menara bersusun tiga. Menara paling atas (cungkup) konon berasal dari Masjid Pamijahan peninggalan Syeh H. Abdul Muhyi. Tinggi cungkup 1,80 meter, lebar ba¬gian bawahnya 0,60 meter persegi terbuat dari tembaga, dan ketebalan 3 milimeter.
Setelah menjadi ibu kota, Kota Harjawinangun berkembang pe¬sat dan menjadi pusat perdagangan karena letaknya cukup strategis, hingga pada tahun 1837 Bupati Rd. Tumeng¬gung Danuningrat memperbesar masjid. Masjid Manonjaya yang mempunyai luas 637 m2 dengan 29 tiang penyangga dengan menara bersusun tiga. Menara paling atas (cungkup) konon berasal dari Masjid Pamijahan peninggalan Syeh H. Abdul Muhyi. Tinggi cungkup 1,80 meter, lebar ba¬gian bawahnya 0,60 meter persegi terbuat dari tembaga, dan ketebalan 3 milimeter.
Seiring dengan berjalannya waktu, Masjid Agung Manonjaya beberapa
kali dilakukan perombakan. Pada tahun 1889 ketika era Bupati Rd.
Tumenggung A. Wiraadiningrat, masjid diperbesar ke bagian timur. Pada
tahun 1974 Masdjid Manonjaya diperluas menjadi 927 m2 berdaya tampung
sekitar 1.000 orang dan pada akhir tahun 2011, Mas-jid Agung Manonjaya
mendapatkan bantuan dana dari Pemprov Jawa Barat, hingga membuat
Masdjid bersejarah itu dapat bersolek kembali (hakri miko)sumber
Tidak ada komentar: